SELADA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi tanaman selada adalah sebagai berikut.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Lactuca
Spesies: L. sativa
Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton,yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.
Asal dan domestikasiLactuca sativa, satu-satunya jenis Lactuca yang didomestikasi, merupakan tumbuhan asli lembah dari bagian timur Laut Tengah. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam sejak 4500 SM. Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.
Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun 1543.
Kelompok budidaya
Ada empat kelompok budidaya selada:
1. capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)
2. longifolia, selada cos (romaine)
3. crispa, selada daun longgar
4. asparagina, selada batang
Selada kepala renyah
Setelah perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai tumbuh bertumpang-tindih, dan akhirnya memerangkap daun yang baru terbentuk. Terus berkembangnya daun yang terperangkap meningkatkan kepadatan kepala; kepala biasanya berbentuk hampir bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan dengan makin besar, kepala ini dapat pecah. Daun yang terlalu matang menjadi berasa pahit. Daun-daun bagian dalam yang terlipat ketat menjadi kasar(rugose), getas dan renyah. Daun terluar biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin muda. Ketika dipanen, tanaman di lapangan biasanya berbobot antara 700 dan 1000 g. Selada produksi rumah kaca umumnya jauh lebih kecil. Daya simpan dan keterangkutan yang baik adalah sifat penting yang dimiliki selada kepala renyah.
Selada kepala mentega
Kultivar kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu tipe hari-netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega. Kultivar ini ditanam baik di lapangan maupun dalam bangunan pelindung.
Selada cos
Kultivar cos,juga disebut sebagai romaine, memiliki daun memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya yang agak sempit cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang-tindih satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pascapanennya sama dengan tipe kepala renyah.
Selada daun longgar
Kultivar daun longgar sangat beragam ukuran, sembir, warna, dan tekstur daunnya. Setiap kultivar memiliki daun yang berkembang dalam kelompok roset yang ketat. Sebagian memiliki daun lembut dan renyah, sebagian berdaun halus, sementara yang lainnya di antara keduanya. Penanganan pascapanen selada jenis ini harus lebih hati-hati karena kelembutan daunnya, umur simpannya agak pendek, walaupun lebih baik daripada tipe kepala mentega, bahkan dengan pendinginan dan penanganan yang baik sekalipun.
Manfaat
Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan.
Syarat Tumbuh
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
Pedoman Budidaya
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya, yang’ kecil diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga dan bertiuah. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Namun, sekarang benih selada banyak dijual di toko pertanian. Khusus untuk benih selada hibrida lebih baik dibeli di toko. Hal ini bertujuan agar produksi dan mutu produksinya tetap prima. Untuk satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 250 g benih. Umumnya benih selada disemai terlebih dahulu: Penanaman langsung dapat saja dilakukan, namun lebih baik kalau disemaikan lebih dahulu. Penyemaian dapat dilakukan di dalam kotak ataupun di lahan. Bila di lahan lakukan pengolahan tanah hingga gembur. Tambahkan pasir dan pupuk kandang. Taburkan bibit secara merata. Lalu tutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. Setelah berumur sekitar 3 minggu bibit siap dipindahkan ke lahan. Penanaman Tanah yang hendak ditanami diolah dahulu. Tanah dicangkul sedalam 20 cm. Balu-batu kecil maupun besar dikeluarkan dari lahan. tanah yang mengeras atau berbungkah dihaluskan. Ini penting karena perakaran tanaman selada yang kecil dan dangkal sulit menembus lapisan tanah yang keras. Selada ditanam dalam bedengan-bedengan. Lebar bedengan 1-1,2 m dengan tinggi permukaan tanah sekitar 20 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Antarbedengan dibuat parit kecil tempat mengatur kelebihan atau kekurangan air. Sedang jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 25 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus dilakukan penyiangan. Hal ini karena perakaran selada dangkal sehingga kurang mampu bersaing dengan tanaman lain dalam menyerap hara. Penyiangan juga berfungsi untuk menekan serangan hama-penyakit. Interval pengerjaannya adalah seminggu sekali. Pengairan pada tanaman selada patut mendapat perhatian. Apalagi di dataran rendah di mana udara lebih panas dan sering kekurangan air. Kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal pcnanaman, saat penyiangan pertama (umur 2 minggu), dan ketika tanaman berumur sebulan. Bila hujan tidak turun, lakukan penyiraman dengan gcmbor atau melewatkan air melalui parit pengairan. Jaga pula agar parit pengairan mampu melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Pemupukan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman selada adalah 10 ton/ha. Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pupuk kandang, tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Dosis yang dibcrikan ialah Urea 200 kg, TSP 100 kg, dan KCI 100 kg ger hektar. Pupuk diberikan dalam aluran di kiri-kanan tanaman. Pemberiannya dilakukan saat penanaman.
Hama dan Penyakit
Tanaman selada sering menjadi sasaran kutu daun. Akibat serangan hama ini daun mengerut dan mengering karena kurang cairan. Jika tanaman muda yang diserang maka pertumbuhan tanaman tidak sempurna atau kerdil. Insektisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan kutu- ini antara lain Diazinon; Bayrusil, atau Orthene 75 SP. Semprotkan dengan dosis 2 cc/l air. Hama thrips cukup merisaukan petani selada. Ciri serangan thrips ialah daun menguning, mengering, dan tcrakhir tanaman mati. Hama ini dapat dikendalikan dengan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC, atau Tokuthion 500 EC dengan dosis 2 ml/l air. Penyakit yang sering ditemui di lahan selada ialah busuk batang. Gejalanya ditandai oleh batang yang melunak dan berlendir. Penyebabnya ialah cendawan Rhizoctonia solani. Bila menyerang tanaman di persemaian, sering mengakibatkan busuk akar. Saat kondisi lahan lembap serangan penyakit bisa menghebat, Untuk pencegahannya, kebersihan lahan harus dijaga dan kelembapan lahan dikurangi. Dapat pula dilakukan penyemprotan fungisida Maneb atau Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.
Panen dan Pasca Panen
Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat. Cara panen selada dengan memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kelompokkan selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang besar dan yang kecil dengan yarrg kecil. Selada ini harus segera dipasarkan karena tak tahan panas dan penguapan.
sumber http://www.iptek.net.id
Pupuk
Pupuk yang digunakan dalam pertanian dibagi kedalam dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan alami atau disediakan oleh alam. Contoh pupuk organik diantaranya kotoran hewan, tumbuhan yang telah mati dan terurai, dan lain sebagainya. Bahan aktif dan berbagai mineral yang terdapat dalam pupuk organik ini sangatlah banyak namun kandungan bahan aktifnya sedikit, tidak seperti kandungan pada pupuk anorganik. Pupuk aorganik adalah pupuk sintesis atau pupuk yang dibuat oleh manusia dan bahan dasar yang digunakan adalah bahan kimia. Jenis pupuk anorganik dapat kita lihat dan cari sendiri di toko-toko pertanian. Contoh pupuk anorganik diantaranya NPK, TSP, Urea, SP36, KCL, dan masih banyak lagi. Kandungan dalam pupuk anorganik biasanya lebih spesifik. Contohnya saja dalam pupuk urea, bahan aktif yang ada dalam pupuk tersebut hanyalah Nitrogen sementara zat-zat atau minerla lain yang dibutuhkan tumbuhan tidak ada. Unsur nitrogen dalam urea tersebut sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan kandungan nitrogen pada pupuk organik, namun itu tadi masalahnya bahwa dalam pupuk anorganik tidak terdapat unsur-unsur lain yang dibutuhkan tumbuhan.
Saat ini telah digalakkan kembali pemaikaian pupuk organik untuk para petani, hal ini dikarenakan adanya akibat buruk dari pemakaian pupuk anorganik yang mempunyai bahan kimia di dalamnya. Pemberian pupuk organik pada tanaman biasanya bersistem sistemik, jadi para petani masih lebih condong pada pemakaian pupuk anorganik untuk tanamannya. Selain itu, harga pupuk organik lebih mahal dibandingkan pupuk anorganik, maka pemakaian pupuk anorganik pun dipikir lebih efisien oleh para petani.
Perbandingan yang terlihat jelas dari hasil yang didapat melalui penggunaan pupuk yang berbeda (organik dan anorganik) akan membuktikan keraguan dan tnda tanya para petani juga kita semua sebagai konsumen tanaman, terutama tanaman sayuran.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan pemeliharaan tanaman selada ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 yang berlokasi di LAHAN IPB Gunung Gede. Sampling pertama dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam dan minggu ke-3 setelah tanam.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan:
Benih selada kering
Pupuk kandang
Pupuk NPK (37,5 gram)
Air
Furadan
Dithen E45
Alat:
Cangkul
Gembor
Kored
Patok
Tali rapia
Mistar dan meteran
Timbangan analitik
Alat tulis
Tray
Mika
Tisue
3.3 Metode
• Pembibitan
Dilakukan penyemaian terhadap benih selada pada media tanam berupa tray dan mika. Tray diisi terlebih dahulu dengan tanah yang telah dicampur pupuk organik, setelah semua diisi dengan tanah dilanjutkan dengan pengisian benih selada dengan jumlah beih adalah 1 biji (benih) untuk 1 lubang tanam. Jumlah tray yang digunakan sebanyak 3 tray, dengan jumlah lubang per tray adalah 128. Persemaian pun dilakukan pada media mika dengan media tanamnya adalah tisue basah (bukan tanah). Setiap mika diisi dengan 30 benih selada dan jumlah mika yang digunakan sebanyak 3 buah. Selanjutnya tray dan mika disimpan pada tempat yang terkena sinar matahari dengan suhu berkisar 25-27 0C. Penyiraman pada tanaman yang disemai dilakukan 2 kali sehari.
• Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan untuk menyuburkan lahan dan membersihkan gulma. Diawali dengan pengukuran lahan dan ditandainya lahan tersebut menggunakan patok. Tali rapia berfungsi sebagai pembatas yang menghubungkan patok-patok tersebut. Setelah itu, tanah pun dicangkul dan dibuat bedengan. Lahan yang digunakan untuk penanaman selada ini mempunyai luas 2,5 m x 1 m. Tak lupa saluran air pun dibuat dengan cara memindahkan tanah yang berada di sisi pembatas lahan untuk dijadikan bedengan. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 karung (±25 kg/ karung) untuk 3 bedengan yang ukuran masing-masingnya adalah 3 m x 1 m. Jadi pemberian pupuk per bedengan dapat diperkirakan, yaitu sebanyak ±16,67 kg.
• Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu ke-3 praktikum. Semula lahan yang digunakan untukvmenanam selada ini adalah lahan untuk tanaman katuk. Namun dikarenakan tanaman katuk yang ditanam tidak tumbuh, maka dikonversilah menjadi tanaman selada. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 15 cm. Bibit yang ditanam berjumlah satu bibit per lubang tanam. Sementara itu bibit didapat dari hasil persemaian yang telah dilakukan. Penanaman diikuti dengan diberikannya furadan untuk mencegah adanya serangga yang akan menjadi hama untuk tanaman.
Pemupukan dilakukan pada minggu kedua setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK, dosis pupuk yang diberikan adalah ......... jadi untuk lahan seluas 1,5 m x 1 m diberikan pupupk sebanyak...........
• Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan secara teratur yaitu dua hari satu kali. Namun hal itu pun dikondisikan dengan keadaan cuaca, bila hari hujan maka tidak dilakukan penyiraman. Sementara itu tanaman selada yang ditanam pun harus sering dilihat keadaannya, ditakutkan tanaman tersebut tidak kokoh menancapkan akarnya ke dalam tanah sehingga perlu di bumbun.
• Panen
Masa panen tanaman selada berumur 2-3 bulan. Cara panennya dengan dipotong bagian tanaman atas permukaan tanah, dicabut semua bagian tanamannya. Karena selada yang kami tanam belum cukup untuk dilakukannya pemanenan maka tak ada pula data dan metode pemanenannya.
3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan diantaranya dalah pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman diukur menggunakan mistar yang berjarak dari tangkai terbawah tanaman selada sampai pada daun tertinggi. Sementara jumlah daun dihitung secara manusal dengan melihat daun yang tumbuh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan tanaman
Hasil pertumbuhan tanaman selada dari minggu pertama setelah tanam, sampai dengan minggu ke-.
Sampel ke- 2 MST 3 MST
Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai)
1 2,3 3 6 6
2 2,8 3 5,7 5
3 4 3 6,7 4
4 3,9 3 5 6
5 2,6 3 5 4
Pengaruh Aplikasi Pupuk Semi organik terhadap Rata-Rata Tinggi Tanaman salada
Rata-Rata Tinggi Tanaman pakcoy pada Perlakuan Pupuk Anorganik dan Semi Organik
Perlakuan Pupuk Anorganik Pupuk Semi Organik
2 MST 3 MST 4 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Tinggi Tanaman (cm) 2,9 4,3 - 0,83 1,74 -
Jumlah Daun 4 5 1 2
Hasil per tanaman (g)
Hasil Per Petak (kg)
Dugaan Hasil per ha (kg)
4.1.2 Hasil panen
Tanaman selada mempunyai waktu pemeliharaan selama 2-3 bulan. Jadi untuk pemeliharaan yang kami lakukan belum vcukup waktunya untuk dipanen.
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa tanaman selada yang kami tanam mengalami pertumbuhan dari minggu ke minggunya. Pertumbuhan tinggi tanaman ada yang mencapai 100% lebih. Sementara itu, pertumbuhan tanaman ini pun dapat dilihat dari jumlah daunnya yang bertambah. Pada 2 MST terlihat jumlah daun yang seragam pada tanaman, namun pada 3 MST jumlah daunnya sangat beraneka ragam. Hal ini disebabkan pertumbuhan individu-individu tanaman tidak akan tumbuh secara seragam. Namun, walaupun berbeda, perbedaannya tidak terlalu mencolok atau tidak terlalu jauh dengan tanaman yang lainnya. Ini adalah hal yang wajar.
Total tanaman selada yang kami tanam sebanyak 14 tanaman dalam setengah bedengan (1,5 m x 1 m). Tidak seluruh lahan tersebut ditanami hanya dengan selada, namun kita pun menanaminya dengan pakcoy. Oleh karena itu, jumlah bibit yang ditanam pada awal pun tidak banyak yaitu 14 tanaman. Satu baris tanaman selada dalam bedengan tersebut. Daya berkecambah tanaman ini adalah 100%. Hal ini dapat disebabkan pemeliharaan yang baik. Tak hanya itu pemberian pupuk pada awal pemeliharaan pun dapat menjadi salah satu faktor pertumbuhan yang baik tersebut.
Pada perbandingan tanaman yang diberi perlakuan berbeda, terlihat hasil yang dapat dikatakan berbeda jauh. Perbedaan hasil pertumbuhan tanaman ini sangat jauh, hampir mencapai 100%. Namun bukanlah suatu hal yang mustahil bila minggu berikutnya tanaman ini akan tumbuh lebih baik, karena kita hanya mengamati dan membandingkan hasil pertumbuhan tanaman dari dua minggu saja. Hasil panen yang didapat tidak menutup kemungkinan bahwa kualitas selada yang diberi pupuk organik tetap lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang anorganik.
Ditemui pada tanaman yang diberi perlakuan dengan pemberian pupuk anorganik menghasilkan tingkat prtumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik beserta pupuk semi organik. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi.
Faktor-faktor yang mnyebabkan hal tersebut diatas sangatlah banyak, diantaranya dari kandungan dan fungsi pupuk semi organik sendiri, cara pemeliharaan, dan faktor lingkungan. Pupuk semi organik merupakan pupuk yang berfungsi sebagai pelengkap, sehingga keberadaannya atau fungsinya tidak terlihat sangat segnifikan pada hasil yang diperoleh. Selain itu sifat dari pupuk semi organik ini adalah sistemik, jadi hasil yang didapat kurang begitu dapat menunjukkan kemajuan yang langsung dan cepat. Sistemik disini adalah sistem yang mempengaruhinya secara perlahan atau bila dikaitkan dengan budidaya sayuran ini sistemik tersebut mempunyai definisi “akan berfungsi atau bermanfaat pada minggu-minggu atau bulan-bulan berikutnya”. Cara pemeliharaan yang dilakukan praktikan pun dapat menjadai salah satu faktor penyebab pertumbuhan yang kurang maksimal, sebagai contoh penyiraman yang kurang teratur dan kurang diperhatikannya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, faktor lingkungan seperti kondisi tanah pun dapat menjadi salah satu alasannya. Perbedaan tempat penanaman dapat menjadikan perbedaan kandungan yang terdapat pada tanah itu sendiri. Maka dari itu, hal ini pun dapat menjadi salah satu faktornya.
Pemeliharaan tanaman selada sampai dengan panen membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Maka, hasil panen belum dapat kita ketahui karena pemeliharaan baru dilakukan selama 4 minggu. Jadi, untuk perbandingan hasil panen belum dapat kita ketahui secara pasti.
Daftar pustaka:
Bertanam 30 jenis sayuran oleh hendro sunarjono, penebar swadaya, jakarta 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi tanaman selada adalah sebagai berikut.
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Lactuca
Spesies: L. sativa
Selada (Lactuca sativa) adalah tumbuhan sayur yang biasa ditanam di daerah beriklim sedang maupun daerah tropika. Kegunaan utama adalah sebagai salad. Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton,yang ditanam pada lebih dari 300.000 ha lahan.
Asal dan domestikasiLactuca sativa, satu-satunya jenis Lactuca yang didomestikasi, merupakan tumbuhan asli lembah dari bagian timur Laut Tengah. Bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk "kepala" telah ditanam sejak 4500 SM. Awalnya, tanaman ini mungkn digunakan sebagai obat, dan untuk minyak-bijinya yang dapat dimakan. Beberapa ras lokal selada, diketahui digunakan untuk diambil minyak-bijinya. Tipe selada liar sering memiliki daun dan batang yang berduri, tidak membentuk kepala dan daunnya berasa pahit, serta mengandung banyak getah.
Pemuliaan tanaman ini mungkin ditekankan untuk memperoleh tanaman yang tidak berduri, lambat berbunga, berbiji besar dan tidak menyebar, tidak bergetah, dan tidak pahit. Aspek lain meliputi tunas liar lebih sedikit, daun lebar dan besar, dan membentuk kepala. Selada yang membentuk kepala adalah tanaman yang dibudidayakan agak lebih kini, yang pertama kali dinamakan sebagai "selada kubis" pada tahun 1543.
Kelompok budidaya
Ada empat kelompok budidaya selada:
1. capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)
2. longifolia, selada cos (romaine)
3. crispa, selada daun longgar
4. asparagina, selada batang
Selada kepala renyah
Setelah perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai tumbuh bertumpang-tindih, dan akhirnya memerangkap daun yang baru terbentuk. Terus berkembangnya daun yang terperangkap meningkatkan kepadatan kepala; kepala biasanya berbentuk hampir bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan dengan makin besar, kepala ini dapat pecah. Daun yang terlalu matang menjadi berasa pahit. Daun-daun bagian dalam yang terlipat ketat menjadi kasar(rugose), getas dan renyah. Daun terluar biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin muda. Ketika dipanen, tanaman di lapangan biasanya berbobot antara 700 dan 1000 g. Selada produksi rumah kaca umumnya jauh lebih kecil. Daya simpan dan keterangkutan yang baik adalah sifat penting yang dimiliki selada kepala renyah.
Selada kepala mentega
Kultivar kepala mentega, kadang-kadang disebut selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah. Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu tipe hari-netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega. Kultivar ini ditanam baik di lapangan maupun dalam bangunan pelindung.
Selada cos
Kultivar cos,juga disebut sebagai romaine, memiliki daun memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya yang agak sempit cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang-tindih satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pascapanennya sama dengan tipe kepala renyah.
Selada daun longgar
Kultivar daun longgar sangat beragam ukuran, sembir, warna, dan tekstur daunnya. Setiap kultivar memiliki daun yang berkembang dalam kelompok roset yang ketat. Sebagian memiliki daun lembut dan renyah, sebagian berdaun halus, sementara yang lainnya di antara keduanya. Penanganan pascapanen selada jenis ini harus lebih hati-hati karena kelembutan daunnya, umur simpannya agak pendek, walaupun lebih baik daripada tipe kepala mentega, bahkan dengan pendinginan dan penanganan yang baik sekalipun.
Manfaat
Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan.
Syarat Tumbuh
Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai. Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral. Jika tanah asam, daun selada menjadi kuning. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam sebaiknya dilakukan pengapuran terlebih dahulu sebelum penanaman.
Pedoman Budidaya
Benih Selada diperbanyak dengan biji. Bijinya, yang’ kecil diperoleh dari tanaman yang dibiarkan berbunga dan bertiuah. Setelah tua tanaman dipetik dan diambil bijinya. Namun, sekarang benih selada banyak dijual di toko pertanian. Khusus untuk benih selada hibrida lebih baik dibeli di toko. Hal ini bertujuan agar produksi dan mutu produksinya tetap prima. Untuk satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 250 g benih. Umumnya benih selada disemai terlebih dahulu: Penanaman langsung dapat saja dilakukan, namun lebih baik kalau disemaikan lebih dahulu. Penyemaian dapat dilakukan di dalam kotak ataupun di lahan. Bila di lahan lakukan pengolahan tanah hingga gembur. Tambahkan pasir dan pupuk kandang. Taburkan bibit secara merata. Lalu tutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. Setelah berumur sekitar 3 minggu bibit siap dipindahkan ke lahan. Penanaman Tanah yang hendak ditanami diolah dahulu. Tanah dicangkul sedalam 20 cm. Balu-batu kecil maupun besar dikeluarkan dari lahan. tanah yang mengeras atau berbungkah dihaluskan. Ini penting karena perakaran tanaman selada yang kecil dan dangkal sulit menembus lapisan tanah yang keras. Selada ditanam dalam bedengan-bedengan. Lebar bedengan 1-1,2 m dengan tinggi permukaan tanah sekitar 20 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan. Antarbedengan dibuat parit kecil tempat mengatur kelebihan atau kekurangan air. Sedang jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 25 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan Ketika tanaman berumur 2 minggu sudah harus dilakukan penyiangan. Hal ini karena perakaran selada dangkal sehingga kurang mampu bersaing dengan tanaman lain dalam menyerap hara. Penyiangan juga berfungsi untuk menekan serangan hama-penyakit. Interval pengerjaannya adalah seminggu sekali. Pengairan pada tanaman selada patut mendapat perhatian. Apalagi di dataran rendah di mana udara lebih panas dan sering kekurangan air. Kebutuhan air mutlak dipenuhi pada awal pcnanaman, saat penyiangan pertama (umur 2 minggu), dan ketika tanaman berumur sebulan. Bila hujan tidak turun, lakukan penyiraman dengan gcmbor atau melewatkan air melalui parit pengairan. Jaga pula agar parit pengairan mampu melewatkan kelebihan air di saat turun hujan lebat. Pemupukan Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman selada adalah 10 ton/ha. Pupuk ini dicampurkan di permukaan areal tanam. Selain pupuk kandang, tambahkan juga pupuk kimia terutama Urea. Dosis yang dibcrikan ialah Urea 200 kg, TSP 100 kg, dan KCI 100 kg ger hektar. Pupuk diberikan dalam aluran di kiri-kanan tanaman. Pemberiannya dilakukan saat penanaman.
Hama dan Penyakit
Tanaman selada sering menjadi sasaran kutu daun. Akibat serangan hama ini daun mengerut dan mengering karena kurang cairan. Jika tanaman muda yang diserang maka pertumbuhan tanaman tidak sempurna atau kerdil. Insektisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan kutu- ini antara lain Diazinon; Bayrusil, atau Orthene 75 SP. Semprotkan dengan dosis 2 cc/l air. Hama thrips cukup merisaukan petani selada. Ciri serangan thrips ialah daun menguning, mengering, dan tcrakhir tanaman mati. Hama ini dapat dikendalikan dengan Tamarot 200 EC, Bayrusil 250 EC, atau Tokuthion 500 EC dengan dosis 2 ml/l air. Penyakit yang sering ditemui di lahan selada ialah busuk batang. Gejalanya ditandai oleh batang yang melunak dan berlendir. Penyebabnya ialah cendawan Rhizoctonia solani. Bila menyerang tanaman di persemaian, sering mengakibatkan busuk akar. Saat kondisi lahan lembap serangan penyakit bisa menghebat, Untuk pencegahannya, kebersihan lahan harus dijaga dan kelembapan lahan dikurangi. Dapat pula dilakukan penyemprotan fungisida Maneb atau Dithane M 45 dengan dosiss 2 g/l.
Panen dan Pasca Panen
Selada dapat dipanen ketika berumur 2-3 bulan setelah tanam. Namun, bisa saja kurang dari umur tersebut tanaman sudah layak konsumsi, jadi bisa dipanen lebih cepat. Cara panen selada dengan memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bisa juga dengan mencabut semua bagian termasuk akar. Setelah akar dicuci, daun-daun yang rusak dibuang. Kelompokkan selada berdasar ukuran. Yang besar dengan yang besar dan yang kecil dengan yarrg kecil. Selada ini harus segera dipasarkan karena tak tahan panas dan penguapan.
sumber http://www.iptek.net.id
Pupuk
Pupuk yang digunakan dalam pertanian dibagi kedalam dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan alami atau disediakan oleh alam. Contoh pupuk organik diantaranya kotoran hewan, tumbuhan yang telah mati dan terurai, dan lain sebagainya. Bahan aktif dan berbagai mineral yang terdapat dalam pupuk organik ini sangatlah banyak namun kandungan bahan aktifnya sedikit, tidak seperti kandungan pada pupuk anorganik. Pupuk aorganik adalah pupuk sintesis atau pupuk yang dibuat oleh manusia dan bahan dasar yang digunakan adalah bahan kimia. Jenis pupuk anorganik dapat kita lihat dan cari sendiri di toko-toko pertanian. Contoh pupuk anorganik diantaranya NPK, TSP, Urea, SP36, KCL, dan masih banyak lagi. Kandungan dalam pupuk anorganik biasanya lebih spesifik. Contohnya saja dalam pupuk urea, bahan aktif yang ada dalam pupuk tersebut hanyalah Nitrogen sementara zat-zat atau minerla lain yang dibutuhkan tumbuhan tidak ada. Unsur nitrogen dalam urea tersebut sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan kandungan nitrogen pada pupuk organik, namun itu tadi masalahnya bahwa dalam pupuk anorganik tidak terdapat unsur-unsur lain yang dibutuhkan tumbuhan.
Saat ini telah digalakkan kembali pemaikaian pupuk organik untuk para petani, hal ini dikarenakan adanya akibat buruk dari pemakaian pupuk anorganik yang mempunyai bahan kimia di dalamnya. Pemberian pupuk organik pada tanaman biasanya bersistem sistemik, jadi para petani masih lebih condong pada pemakaian pupuk anorganik untuk tanamannya. Selain itu, harga pupuk organik lebih mahal dibandingkan pupuk anorganik, maka pemakaian pupuk anorganik pun dipikir lebih efisien oleh para petani.
Perbandingan yang terlihat jelas dari hasil yang didapat melalui penggunaan pupuk yang berbeda (organik dan anorganik) akan membuktikan keraguan dan tnda tanya para petani juga kita semua sebagai konsumen tanaman, terutama tanaman sayuran.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Kegiatan pemeliharaan tanaman selada ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan September 2010 yang berlokasi di LAHAN IPB Gunung Gede. Sampling pertama dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam dan minggu ke-3 setelah tanam.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan:
Benih selada kering
Pupuk kandang
Pupuk NPK (37,5 gram)
Air
Furadan
Dithen E45
Alat:
Cangkul
Gembor
Kored
Patok
Tali rapia
Mistar dan meteran
Timbangan analitik
Alat tulis
Tray
Mika
Tisue
3.3 Metode
• Pembibitan
Dilakukan penyemaian terhadap benih selada pada media tanam berupa tray dan mika. Tray diisi terlebih dahulu dengan tanah yang telah dicampur pupuk organik, setelah semua diisi dengan tanah dilanjutkan dengan pengisian benih selada dengan jumlah beih adalah 1 biji (benih) untuk 1 lubang tanam. Jumlah tray yang digunakan sebanyak 3 tray, dengan jumlah lubang per tray adalah 128. Persemaian pun dilakukan pada media mika dengan media tanamnya adalah tisue basah (bukan tanah). Setiap mika diisi dengan 30 benih selada dan jumlah mika yang digunakan sebanyak 3 buah. Selanjutnya tray dan mika disimpan pada tempat yang terkena sinar matahari dengan suhu berkisar 25-27 0C. Penyiraman pada tanaman yang disemai dilakukan 2 kali sehari.
• Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan untuk menyuburkan lahan dan membersihkan gulma. Diawali dengan pengukuran lahan dan ditandainya lahan tersebut menggunakan patok. Tali rapia berfungsi sebagai pembatas yang menghubungkan patok-patok tersebut. Setelah itu, tanah pun dicangkul dan dibuat bedengan. Lahan yang digunakan untuk penanaman selada ini mempunyai luas 2,5 m x 1 m. Tak lupa saluran air pun dibuat dengan cara memindahkan tanah yang berada di sisi pembatas lahan untuk dijadikan bedengan. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kandang sebanyak 2 karung (±25 kg/ karung) untuk 3 bedengan yang ukuran masing-masingnya adalah 3 m x 1 m. Jadi pemberian pupuk per bedengan dapat diperkirakan, yaitu sebanyak ±16,67 kg.
• Penanaman
Penanaman dilakukan pada minggu ke-3 praktikum. Semula lahan yang digunakan untukvmenanam selada ini adalah lahan untuk tanaman katuk. Namun dikarenakan tanaman katuk yang ditanam tidak tumbuh, maka dikonversilah menjadi tanaman selada. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 15 cm. Bibit yang ditanam berjumlah satu bibit per lubang tanam. Sementara itu bibit didapat dari hasil persemaian yang telah dilakukan. Penanaman diikuti dengan diberikannya furadan untuk mencegah adanya serangga yang akan menjadi hama untuk tanaman.
Pemupukan dilakukan pada minggu kedua setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK, dosis pupuk yang diberikan adalah ......... jadi untuk lahan seluas 1,5 m x 1 m diberikan pupupk sebanyak...........
• Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan secara teratur yaitu dua hari satu kali. Namun hal itu pun dikondisikan dengan keadaan cuaca, bila hari hujan maka tidak dilakukan penyiraman. Sementara itu tanaman selada yang ditanam pun harus sering dilihat keadaannya, ditakutkan tanaman tersebut tidak kokoh menancapkan akarnya ke dalam tanah sehingga perlu di bumbun.
• Panen
Masa panen tanaman selada berumur 2-3 bulan. Cara panennya dengan dipotong bagian tanaman atas permukaan tanah, dicabut semua bagian tanamannya. Karena selada yang kami tanam belum cukup untuk dilakukannya pemanenan maka tak ada pula data dan metode pemanenannya.
3.4 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan diantaranya dalah pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman diukur menggunakan mistar yang berjarak dari tangkai terbawah tanaman selada sampai pada daun tertinggi. Sementara jumlah daun dihitung secara manusal dengan melihat daun yang tumbuh.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan tanaman
Hasil pertumbuhan tanaman selada dari minggu pertama setelah tanam, sampai dengan minggu ke-.
Sampel ke- 2 MST 3 MST
Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai)
1 2,3 3 6 6
2 2,8 3 5,7 5
3 4 3 6,7 4
4 3,9 3 5 6
5 2,6 3 5 4
Pengaruh Aplikasi Pupuk Semi organik terhadap Rata-Rata Tinggi Tanaman salada
Rata-Rata Tinggi Tanaman pakcoy pada Perlakuan Pupuk Anorganik dan Semi Organik
Perlakuan Pupuk Anorganik Pupuk Semi Organik
2 MST 3 MST 4 MST 2 MST 3 MST 4 MST
Tinggi Tanaman (cm) 2,9 4,3 - 0,83 1,74 -
Jumlah Daun 4 5 1 2
Hasil per tanaman (g)
Hasil Per Petak (kg)
Dugaan Hasil per ha (kg)
4.1.2 Hasil panen
Tanaman selada mempunyai waktu pemeliharaan selama 2-3 bulan. Jadi untuk pemeliharaan yang kami lakukan belum vcukup waktunya untuk dipanen.
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa tanaman selada yang kami tanam mengalami pertumbuhan dari minggu ke minggunya. Pertumbuhan tinggi tanaman ada yang mencapai 100% lebih. Sementara itu, pertumbuhan tanaman ini pun dapat dilihat dari jumlah daunnya yang bertambah. Pada 2 MST terlihat jumlah daun yang seragam pada tanaman, namun pada 3 MST jumlah daunnya sangat beraneka ragam. Hal ini disebabkan pertumbuhan individu-individu tanaman tidak akan tumbuh secara seragam. Namun, walaupun berbeda, perbedaannya tidak terlalu mencolok atau tidak terlalu jauh dengan tanaman yang lainnya. Ini adalah hal yang wajar.
Total tanaman selada yang kami tanam sebanyak 14 tanaman dalam setengah bedengan (1,5 m x 1 m). Tidak seluruh lahan tersebut ditanami hanya dengan selada, namun kita pun menanaminya dengan pakcoy. Oleh karena itu, jumlah bibit yang ditanam pada awal pun tidak banyak yaitu 14 tanaman. Satu baris tanaman selada dalam bedengan tersebut. Daya berkecambah tanaman ini adalah 100%. Hal ini dapat disebabkan pemeliharaan yang baik. Tak hanya itu pemberian pupuk pada awal pemeliharaan pun dapat menjadi salah satu faktor pertumbuhan yang baik tersebut.
Pada perbandingan tanaman yang diberi perlakuan berbeda, terlihat hasil yang dapat dikatakan berbeda jauh. Perbedaan hasil pertumbuhan tanaman ini sangat jauh, hampir mencapai 100%. Namun bukanlah suatu hal yang mustahil bila minggu berikutnya tanaman ini akan tumbuh lebih baik, karena kita hanya mengamati dan membandingkan hasil pertumbuhan tanaman dari dua minggu saja. Hasil panen yang didapat tidak menutup kemungkinan bahwa kualitas selada yang diberi pupuk organik tetap lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang anorganik.
Ditemui pada tanaman yang diberi perlakuan dengan pemberian pupuk anorganik menghasilkan tingkat prtumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik beserta pupuk semi organik. Banyak faktor yang dapat menyebabkan hal ini terjadi.
Faktor-faktor yang mnyebabkan hal tersebut diatas sangatlah banyak, diantaranya dari kandungan dan fungsi pupuk semi organik sendiri, cara pemeliharaan, dan faktor lingkungan. Pupuk semi organik merupakan pupuk yang berfungsi sebagai pelengkap, sehingga keberadaannya atau fungsinya tidak terlihat sangat segnifikan pada hasil yang diperoleh. Selain itu sifat dari pupuk semi organik ini adalah sistemik, jadi hasil yang didapat kurang begitu dapat menunjukkan kemajuan yang langsung dan cepat. Sistemik disini adalah sistem yang mempengaruhinya secara perlahan atau bila dikaitkan dengan budidaya sayuran ini sistemik tersebut mempunyai definisi “akan berfungsi atau bermanfaat pada minggu-minggu atau bulan-bulan berikutnya”. Cara pemeliharaan yang dilakukan praktikan pun dapat menjadai salah satu faktor penyebab pertumbuhan yang kurang maksimal, sebagai contoh penyiraman yang kurang teratur dan kurang diperhatikannya gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, faktor lingkungan seperti kondisi tanah pun dapat menjadi salah satu alasannya. Perbedaan tempat penanaman dapat menjadikan perbedaan kandungan yang terdapat pada tanah itu sendiri. Maka dari itu, hal ini pun dapat menjadi salah satu faktornya.
Pemeliharaan tanaman selada sampai dengan panen membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Maka, hasil panen belum dapat kita ketahui karena pemeliharaan baru dilakukan selama 4 minggu. Jadi, untuk perbandingan hasil panen belum dapat kita ketahui secara pasti.
Daftar pustaka:
Bertanam 30 jenis sayuran oleh hendro sunarjono, penebar swadaya, jakarta 2010.
Comments
Post a Comment