LAPORAN PRAKTIKUM IKAN HIAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan hias cukup dikenal oleh masyarakat sebagai hiasan akuarium. Perkembangan ikan hias di Indonesia mengalami kemajuan yang terus meningkat, terutama ikan hias air tawar asli Indonesia. Dapat dilihat data permintaan ikan hias di daerah Bogor, Jawa Barat pada tahun 2009 yang mencapai ±3 juta ekor dari tahun sebelumnya yaitu ±1,8 juta ekor.
Selain itu permintaaan ikan hias untuk ekspor pun terus mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan data pasar ikan hias di Kota Bogor. Pemkot Bogor mencatat permintaan ikan hias dari mancanegara rata-rata mencapai 200.000 ekor setiap bulannya. Ikan molly termasuk salah satu ikan yang permintaannya cukup tinggi, yaitu sekitar 20% dari jumlah tersebut. (Bambang dalam http://bataviase.co.id/node/142884 18 Juli 2010 jam 06.06).
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa budidaya ikan hias merupakan hal yang dapat menjembatani seorang pembudidaya untuk meraih keuntungan. Salah satu kegiatan budidaya adalah kegiatan pembenihan. Kegiatan pembenihan pada berbagai ikan hias pun beraneka ragam. Salah satunya yaitu dengan melahirkan larva yang sebelumnya telah dierami di dalam tubuh induknya (ovovivipar). Jenis ikan yang memijah dengan cara tersebut adalah jenis Poecillidae.
Merupakan hal yang menarik bila kita dapat mengetahui dan mempraktikan cara pemijahan ikan yang termasuk ke dalam kelas poecillidae tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara memijah ikan jenis poecillidae (ikan molly balon [Poelicia latipinna Sailfin molly]) dan manfaat dari teknik Breeding Trap yang diterapkan didalamnya untuk meminimalisasi kematian larva akibat sifat dari induknya yang kanibal.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan pemeliharaan dan pemijahan ikan molly di akuarium ini dilakukan dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan tanggal 19 Juli 2010 yang berlokasi di BAK Diploma IPB Gunung Gede.

2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya:
 Akuarium
 Pipa paralon berukuran kecil
 Pisau
 Gunting
 Kain srimin
 Paku
 Karet hitam (penahan paralon)
 Sikat
 Ember
 Benang rajut untuk kain strimin
 Gergaji
 Peralatan aerasi

Bahan yang digunakan diantaranya sebagai berikut.
 Ikan molly ballon
 Air
 Garam
 Klorin
 Detergen



2.3 Prosedur Kerja
Diawali dengan dibersihkannya akuarium berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Akuarium dibersihkan dengan ditambahkannya detergen dan klorin untuk mematikan patogen-patogen. Dosis untuk klorin adalah 20 ppm sedangkan detergen yang diberikan hanya untuk memudahkan dalam mencuci akuarium (membersihkan bekas kotoran-kotoran yang menempel pada akuarium).
Setelah itu, pembuatan breeding trap mulai diaplikasikan dengan bahan penyusunnya yaitu paralon, karet hitam (penyeka kaca), dan kain strimin. Penyesuaian ukuran dilakukan dengan pengukuran peralatan penyusun terlebih dahulu dan diikuti dengan pemotongan. Karet hitam berfungsi sebagai penahan agar breeding trap tetap berada di tengah-tengah akuarium dan penempatannya diantara lubang paralon-paralon yang disusun membentuk persegi empat pada akuarium (penyambung antar paralon). Kain strimin dirajut atau disambungkan pada paralon yang dibentangkan di tengah luasan paralon yang membentuk persegi empat.
Breeding trap merupakan sistem yang dirancang dalam hal pembenihan ikan hias dalam wadah akuarium. Pada praktikum kali ini hal tersebut ditujukkan agar larva ikan tidak dimakan oleh induknya sendiri, sebab ikan Molly merupakan salah satu jenis ikan yang kanibal terhadap larva anaknya.





Setelah selesai dilakukannya pembuatan breeding trap dan dipasangkannya di dalam akuarium, dilanjutkan dengan pengisian air setinggi 25 cm dan pemasangan aerasi. Diberikan garam sebanyak ± 2 gram agar salinitas sedikit meningkat yang hal ini merupakan keadaan baik untuk pemijahan ikan, didiamkan beberapa menit.
Ikan molly ditebar dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1:3. Dalam pemeliharaannya, dilakukan penyifonan (pengelolaan kualitas air) dan pemberian pakan disamping pengamatan pemijahan yang berlangsung.
























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum kami dalah sebagai berikut.
Tabel 1 Jumlah larva yang dihasilkan dan tingkat persentase kehidupannya
Kelompok Jumlah larva SR (%)
1 32 93,75
2 55 100
3 9 100
4 41 100
5 16 68,75
6 53 73,58


Grafik 1 Perbandingan hasil yang didapat tiap kelompok

Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah larva yang terbanyak adalah kelompok 2. Selain itu, tingkat kehidupan larvanya mencapai 100%. Pada kelompok 3 ditemui jumlah larva yang dihasilkan paling sedikit yaitu sebanyak 9 ekor. Namun, persentase tingkat kehidupannya mencapai 100%. Lain halnya dengan kelompok 5 yang mempunyai persentase tingkat hidup larva paling sedikit yaitu 68,75% dengan jumlah larva yang dihasilkan adalah 16 ekor larva. Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah larva yang hidup sebanyak 11 ekor.


3.2 Pembahasan
Ikan yang telurnya berhubungan terus dengan induknya dibagi dalam dua kelompok, yaitu ikan beranak yang keturunannya keluar dari induk sudah berupa larva (livebearer) dan ikan yang mengerami telur maupun melindungi larvanya dalam mulut (mouth-breeder). Ikan livebearer misalnya guppy, molly, dan platy serta ikan mouthbreeder seperti jenis ikan siklid dari Afrika.
Pada kelompok ikan livebearer telurnya berkembang di dalam tubuh induknya dan keluar sebagai anak ikan. Sperma jantannya dapat tersimpan tiga bulan atau lebih dalam tubuh betina sehingga terkadang ikan masih dapat beranak walaupun tanpa jantan.
Ikan jantan pertumbuhannya agak lambat, pada umur yang sama ukurannya hanya mencapai setengah ikan betina. Meskipun demikian, pertumbuhan sirip-siripnya lebih panjang dan lebar dari betina. Ikan jantan berbadan ramping dengan sirip lebih panjang. Penampilannya menarik, gerakannya lincah dan gesit, serta memiliki alat kelamin yang disebut gonopodium. Sebaliknya, ikan betina berbadan gemuk, sirip normal, alat kelamin hanya berupa lubang dan di belakang sirip perut berupa sirip halus.
Induk yang baik yaitu induk yang sehat, tidak tertempeli parasit, bersih, mengilap, dan sebaiknya tidak kurang dari 6 bulan dengan panjang tubuh ikan betina minimal 5 cm, sedangkan jantan 3 cm.
Pemijahan umumnya dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 4-6. Konon, setiap induk jantan dapat membuahi delapan induk betina. Sperma jantan dapat hidup dan tinggal di tubuh betina sampai beberapa bulan. Pemijahan diawali dengan pemilihan induk yang sesuai dengan syarat induk yang baik, setelah itu dimasukkan pada wadah yang sama dengan perbandingan yang telah ditentukan. Setelah ±1 hari larva sudah terlahir bila induk yang dipilih adalah induk yang benar-benar sudah matang gonad.
Tempat pemijahan yang cocok bagi induk black molly adalah bak semen atau akuarium. Bak pemijahan sebaiknya tidak kurang adari 6-9 m2 dengan tinggi 0,5 m, sedangkan akuarium 80 cm x 45 cm x 40 cm untuk skala besar. Pengairan untuk bak pemijahan akan lebih efisien bila diambil dari saluran air yang ada. Tetapi harus memenuhi syarat kualitas air khususnya suhu 25-27 0C, kesadahan sedang, oksigen tercukupi (3-5) dan pH air 7-8.
Anakan ikan yang baru dilahirkan biasanya berkumpul di tanaman air. Sebaiknya anakan ikan ini diambil setiap pagi untuk dipelihara dalam bak, kolam atau akuarium. Pakannya dapat berupa kutu air ataupun pelet halus. Sementara induknya dapat diberi pakan cacing sutera, kutu air besar, maupun jentik nyamuk.
Induk harus diberi cukup pakan agar tidak memakan anaknya.
Pemijahan yang dilakukan tidak menggunakan teknik buatan, hal ini disebabkan pembuahan terjadi secara internal. Sperma disalurkan jantan melalui gonopodium dan disimpan pada spermatophore yang ada pada induk betina sehingga kematangan telur tidak dapat diperkirakan atau dipakasakan. Embrio berkembang di dalam tubuh induk betina sehingga terlihat seperti melahirkan. Selain itu bila dilihat dari segi ekonomi ikan ini terbilang cukup murah, maka dengan menggunakan sistem buatan yang memerlukan ongkos produksi tinggi kegiatan budidaya tidak efisien. Bentuk dan ukuran tubuh yang kecil pun merupakan salah satu faktor pertimbangan untuk tidak dilakukannya pemijahan buatan.
Pada praktikum yang kami jalankan dapat dilihat hasil pemijahan ikan Molly sebagaimana tersaji pada tabel 1. Dengan kata lain pemijahan berhasil dilakukan. Hal ini tak lepas dari induk yang dikawinkan dan perawatan dalam pemeliharaan. Induk yang kami gunakan sudah cukup sesuai dengan ciri ikan yang dapat dijadikan induk. Selain itu, pemberian pakan pun diberikan dengan teratur dan jenis pakannya adalah pakan alami (tubifex).
Tingkat hidup larva sangat beraneka ragam, namun tidak ada yang kurang dari 50% dan hal ini tidak terlepas dari adanya breeding trap sebagai pembatas antara induk dan larva. Keberagaman hasil larva yang dihasilkan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya umur dan kondisi dari ikan itu sendiri sehingga menentukkan kematangan gonad juga kondisi perairan (kualitas air) pada masing-masing akuarium.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kegian pemijahan ikan livebearer dari jenis Poecillidae (ikan molly balon) berhasil dilakukan karena dicirikan dengan lahirnya larva-larva ikan tersebut. Sementara itu teknik Breeding trap yang diterapkan pun sangat membantu dalam kegiatan ini.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah kedisiplinan para praktikan dalam menglokasikan waktu untuk mengelola kualitas air dan pemberian pakan agar mendapatkan hasil budidaya yang maksimal.

Comments

  1. Ikan molly selalu laris dipasaran karena warnanya yang berwarna dan cerah

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DAFTAR BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN SAAT BUDIDAYA UDANG

ARTEMIA