Bayangkan jika tangan yang vital bagi aktivitas kita sehari-hari tiba-tiba gemetaran tak karuan. Jangankan menulis, untuk memegang pena saja rasanya sulit. Itu bisa terjadi bila kita terkena tremor. Kalau tidak diatasi, penyakit yang menyerang saraf ini akan mengacaukan fungsi tubuh.
Seperti yang dialami Johan. Pegawai swasta berusia 27 tahun ini merasa kaget karena ketika akan menulis, tiba-tiba tangan kanannya bergetar halus. Sebelumnya dia tidak pernah merasakan gejala aneh pada tangan kanannya itu. Dia juga tidak sedang dalam kondisi emosi yang berlebihan.
Bukannya mereda, keadaan itu malah berlanjut hingga berbulan-bulan. Merasa terganggu, ia pun berkonsultasi ke dokter. Hasil pemeriksaan, ia dinyatakan mengalami tremor esensial. Ia lalu diberi obat penenang untuk meredakan getaran pada tangannya.
Proses penuaan
Tremor merupakan gerakan gemetar akibat kontraksi otot yang tidak terkontrol. Frekuensi getaran berkisar antara 4 hingga 12 kali per detik.
Tremor dapat terjadi di hampir seluruh bagian tubuh, misalnya di ujung lengan atau tungkai, pinggang, bagian wajah, bahkan pita suara. Meski demikian, paling sering terjadi pada tangan. Gejala yang paling gampang dilihat, orang tangannya gemetaran scat memegang apa saja, contohnya mangkuk bakso atau gelas minum.
Biasanya tremor terjadi karena proses penuaan. Namun, tidak menutup kemungkinan kondisi ini juga dialami oleh kalangan usia produktif, seperti pada Johan. Meski tidak berakibat fatal, jika dibiarkan tremor bisa bertambah parah dan menyebabkan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terkena.
Uji motorik
Untuk mendiagnosis tremor, dokter biasanya meminta pasien melakukan serangkaian tes seperti menggambar lingkaran. Tujuannya, untuk menguji kemampuan sensorik dan motorik pasien.
Pemeriksaan urin dan darah juga dapat membantu untuk menegakkan diagnosis, apakah ada faktor lain yang memengaruhi, misalnya pengaruh obat-obatan atau penyakit tertentu. Pemeriksaan menggunakan teknologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) ataupun elektromiogram juga dapat dilakukan sebagai penunjang.
Tremor yang sudah parah dapat menurunkan kualitas hidup dan menyebabkan penderitanya tergantung terhadap orang lain. Bisa dibayangkan jika profesi seperti dokter bedah mengalami tremor, bisa-bisa terjadi salah potong. Dokter pun terpaksa puasa bekerja hingga tremornya hilang.
Merkuri kosmetik
Menilik penyebabnya, tremor bisa timbul karena berbagai hal. "Perasaan emosi yang berlebih dapat menimbulkan tremor. Orang yang sedang ketakutan atau gugup juga dapat gemetar. Ini termasuk jenis tremor fisiologis yang normal dialami manusia. Tremor ini akan hilang dengan sendirinya jika emosi sudah tenang," ucap Dr. Jofizal Jannis, Sp.S,spesialis saraf dari RSCM Jakarta.
Ada tremor yang terjadi karena penyakit tertentu, seperti tremor pada pasien parkinson. Tremor yang diakibatkan oleh penyakit tak bisa hilang jika penyebabnya tidak ditangani lebih dahulu. Tremor ini termasuk rest tremor, yaitu getaran terjadi hanya pada saat pasien tidak melakukan apa pun. Sebaliknya, jika pasien tengah beraktivitas, getaran tidak muncul.
Jenis tremor yang lain adalah tremor iatrogenik. Tremor ini terjadi karena efek samping obat-obatan. Contohnya, keracunan merkuri yang berasal dari kosmetika. Meskipun hanya dioleskan di wajah, merkuri dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan gejala tremor.
Paling banyak
Yang belum diketahui penyebab pastinya, yaitu tremor esensial. Padahal, penderita tremor jenis ini paling banyak jumlahnya. Tremor ini termasuk action tremor, artinya getaran akan muncul jika pasien melakukan kegiatan dan menghilang jika pasien dalam keadaan istirahat atau tidak melakukan aktivitas.
Banyak yang mengatakan bahwa tremor esensial terjadi karena faktor genetik atau keturunan. Ada juga mitos, postur tubuh tinggi besar berpengaruh terhadap timbulnya tremor.
"Hal tersebut tidak benar. Tinggi badan tidak ada kaitannya dengan tremor," ujar Dr. Jofizal.
Hingga kini para ahli medis masih mencari penyebab pasti tremor jenis ini.
Hindari kafein
Banyak penderita tremor esensial tidak memerlukan pengobatan selama keluhannya tak mengganggu kehidupan atau mengarah ke penyakit yang lebih berat. Perubahan pola hidup, misalnya menambah waktu istirahat dan menghilangkan beban pikiran, dapat membantu mengurangi gejala tremor.
Ada yang berpendapat bahwa alkohol dapat mengurangi tremor. "Meski banyak yang mencoba, hal ini belum bisa dibuktikan secara medis. Alkohol belum tentu dapat mengurangi tremor karena justru ada orang yang terpicu tremornya karena alkohol," papar Dr. Jofizal.
Tindakan lain mengurangi gejala adalah menghindari kafein. Alasannya, kafein dapat meningkatkan kadar adrenalin yang menyebabkan tremor bertambah parah.
Aktivitas fisik yang dianjurkan, yaitu menguatkan tangan dan pergelangan tangan menggunakan beban seberat 0,5 hingga 1 kg yang digerakkan seperti mengangkat barbel.
Tremor esensial juga dapat menyebabkan masalah sosial yang cukup serius karena penderita merasa dirinya tidak berguna dan tersingkirkan dari kehidupan sosial. Untuk mengatasi masalah percaya diri pada pasien, disarankan untuk selalu mendukung pasien.
Awas kecanduan
Jika perubahan pola hidup tidak membantu mengurangi gejala tremor, dapat dilakukan terapi medikamentosa (obat-obatan). Biasanya para terapis menyarankan penggunaan obat betablocker seperti propranolol. Yang harus diingat, obat ini tidak cocok bagi manula dan pengidap asma, diabetes, serta pasien gangguan organ jantung.
Jika betablocker tidak mempan, bisa digunakan obat yang mengandung primidone atau valium. "Pastinya penggunaan obat-obatan ini harus di bawah pengawasan dokter karena dapat menimbulkan efek samping berbeda pada tiap orang. Terutama jenis obat yang mengandung valium, yang dapat menyebabkan kecanduan, " kata pria yang juga staf pengajar neurologi di FKUI ini.
Jalan terakhir yang dapat ditempuh adalah tindakan bedah. Dijelaskan oleh Dr. Jofizal, tindakan bedah yang dikenal dengan nama talamotomi dilakukan dengan memutuskan lingkaran saraf di otak.
Efek samping talamotomi yang dapat terjadi adalah kesulitan bicara dan terganggunya keseimbangan. Namun, dengan semakin majunya teknologi kedokteran saat ini, efek samping itu sudah bisa diminimalkan. "Bahkan sudah bisa dibilang mencapai nol persen," tuturnya. |
Comments
Post a Comment