ARTEMIA

 Deskripsi
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias air tawar karena ukurannya yang sangat kecil. Disamping, ukurannya yang sangat kecil, nilai gizi Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva ikan dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia sebagai pakan alami tidak dapat digantikanoleh pakan lainnya. Artemia biasanya diperjual belikan dalam bentuk kista/cyste, sehingga sebagai pakan alami Artemia merupakan pakan yang paling mudah dan praktis, karena hanya tinggl menetaskan kista saja. Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan suatu hal yang dapat begitu saja dapat dilakukan oleh setiaporang. Sebab membutuhkan suatu keterampilan dan pengetahuan tentang hal itu sendiri. Kegagalan dalam menetaskan kista Artemia berakibat fatal terhadap larva ikan yang sedang dipelihara.
 Persiapan Wadah dan Media
Penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, poly etilen (ember plastik) atau fiber glass. Ukuran wadah dapat disesuaikan dengan kebutuhan, mulai dari volume 1 L sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari wadah. Bentuk wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika diaerasi tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemiaakan mengendap dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk umumnya kurang baik derajat penetasannya, atau walaupun menets membutuhkan waktu yang lebih lama. Sebelum diisi media penetasan, wadah Artemia dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih. Agar sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan, pada waktu mencuci gunakanlah deterjen. Media untuk penetasan Artemia dapat menggunakan air laut yang telah difilter. Hal ini ditujukan agar cyste dari jamur atau parasit dapat tersaring. Penyaringan dapat dilkakukan dengan menggunakan filter pasir atau filter yang dijual secara komersial catridge filter. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan dengan menggunakan air laut buatan. Air laut ini dibuat dengan jalan menambahkan garam yang tidak berodium ke air tawar. Garam yang digunakan harus terbebas dari kotoran. Jumlah garam yang dibutuhkan berkisar antara 25-30 gram per liter air tawar, sehingga memiliki kadar garam 25-30 ppt. Setelah garam dimasukkan maka media hrus diaerasi secara kuat agar garam tercampur merata.
Macam-macam wadah yang dapat digunakan untuk pnetasan Artemia adalah sebagai berikut :
Wadah penetasan artemia untuk skala besar. Volume 100 liter dan dapat digunakan untuk mentaskan 1-3 kaleng Artemia skaligus

Wadah penetasan Artemia yang dibuat dari galon air minum bekas. Volume 15 liter.


• Wadah Artemia yang dibuat dari botol plastik bekas air minum kemasan. Digunakan untuk menetaskan Artemia skala kecil (± 1 liter).
• Wadah penetasan Artemia terbuat dari ember. Caranya dengan panen menggunakan sistem sipon.
(ada gambar)
 Penetasan kista Artemia
Penetasan kista Artemia adalah suatu proses inkubasi kista Artemia di media penetasan ( air laut ataupun air buatan) sampai menetas. Proses penetasan terdiri dari beberapa tahapan yang membutuhkan waktu sekitar 18-24 jam.
a. Proses penyerapan air
b. Pemecahan dinding cyste oleh embrio
c. Embrio terlihat jelas masih diselimuti membran
d. Menetas dimana naulius menetas bebas
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetasakan cyste Artemia adalah :
• Aerasi
• Suhu
• Kadar garam
• Kepadatan cyste
• Cahaya
Agar diperoleh hasil penetasan yang baik maka oksigen terlarut di dalam air harus lebih dari 5 ppm. Untuk mencapai nilai tersebut dapat dilakukan dengan pengaerasian yang kuat. Disamping untuk meningkatkan oksigen, pengaerasian juga berguna agar cyste yang sedang ditetaskan tidak mengendap.
Suhu sangat mempengaruhi lamanya waktu penetasan dan suhu optimal untuk penetasan Artemia adalah 26-29oC. Pada suhu dibawah 25oC Artemia akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menetas dan suhu diatas 33oC dapat menyebabkan kematian cyste. Kadar garam optimal untuk penetasan adalah antara 5 – 35 ppt, namun untuk keperluan praktis biasanya digunakan air laut ( kadar garam antara 25-35 ppt). Nilai pH air harus dipertahankan pada nilai pH 8 agar diperoleh penetasan yang optimal. Adapun iluminasi pada saat penetasan sebaiknya 2000 lux.
Hal lain yang menentukan derajat penetasan cyste adalah kepadatan cyste yang akan ditetaskan. Pada penetasan skala kecil ( volume < 20l) kepadatan cyste dapat mencapai 5 g per liter air. Akan tetapi pada skala yang lebih besar agar diperoleh daya tetas yang baik maka kepadatan harus diturunkan menjadi 2 g per liter air.
Artemia akan menetas setelah 18-24 jam. Artemia yang sudah menetas dapat diketahui secara sederhana yakni dengan melihat perubahan warna di media penetasan. Artemia yang belum menetas pada umumnya berwarna coklat muda, akan tetapi setelah menetas warana media berubah menjadi oranye. Warna oranye belum menjamin artemia sudah menetas secara sempurna disamping melihat perubahan warna juga dengan mengambil contoh Artemia dengan menggunakan beaker glass. Jika seluruh nauplius artemia sudah berenang bebas maka maka itu menunjukkan penetasan selesai. Akan tetapi jika banyak yang terbungkus membran, maka harus ditunggu 1-2 jam agar semua artemia menetas secara sempurna.

Perkembangan Artemia pada saat inkubasi dalam air laut: dari kista sampai menetas menjadi nauplius

 Pemanenan Artemia
Kista menetas mejadi Artemia stadia nauplius. Setelah menetas sempurna, secara visual dapat terlihat terjadinya perubahan warna dari warna cokelat muda menjadi oranye. Hal yang pentig yang perlu diperhatikan dalam pemanenan nauplius Artemia jangan sampai tercampur antara artemia dan cangkang. Hal ini perlu perl dihindari mengingat cangkang artemia tersebut mengangdung bahan organik yang akan menjadi substrat perkembangbiakkan bakteri. Setelah 18 jam dimasukkan kedalam bak penetasanmaka pengecekan artemia apakah artemia dalam wadah penetasan sudah menetas atau belum.
Pengecekan dilakukan dengan cara mematikan aerasi. Sesaat setelah aerasi dimatikan, jika secara kasat mata keseluruhan nauplius sudah berenang bebas maka pemanenan sudah dilakukan dan aerasi tetap dimatikan. Jika sebagian besar nauplius sudah berenang bebas maka pemanenan dapat dilkukan dan aerasi tetap dimatikan. Jika sebagian besar nauplius masih terbungkus membran dan belum berenang bebas maka aerasi dihidupkan kembali. Selanjutnya 1 sampai 2 jam dilakukan pengecekan ulang.
Langkah awal pemanenan artemia yaitu dengan mematikan aerasi serta menutup bagian atas wadah dengan wadah yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan tujuan memsahkan antara nauplius dan cangkang artemia. Cangkang artemia akan mengambang dan mengumpul dibawah permukaan air. Nauplius artemia akan berenang kearah cahaya. Karena bagian wadah transparan dan ditembus cahaya maka nauplius artemia akan berkumpul d dasra wadah penetasan. Oleh karena itu pada saat pemanenan nauplius, sebaiknya bagian dasar wadah disinari lampu dari arah samping. Selain nauplius didasa wadah juga akan berkumpul ksta yang tidak menetas. Aerasi tetap dimatkan 10 menit. Setelah semua cangkang berkumpul diatas permukaan air dan terpisah dengan nauplius yang berada didasar wadah maka pemanenan
Dapat dilakukan dengan cara membuka kran pada dasar wadah (jika ada) tau dengan menyipon dasar. Sebelum kran dibuka atau disipon, ujung kran atau selang kecil dibungkus saringan yang berukuran 125 mikron dan dibawah saringan disimpan wadah agar nauplius artemia tetap berada dalam media air. Setelh semua nauplius terpanen, kran ditutup atau penyiponan dihentikan. Pada saat pemnenan hindarilah terbawanya cangkang. Artemia yang tersaring kemudian dibilas dengan air laut bersih dan siap diberikan ke larva ikan atau udang. Selanjutnya air dan cangkang yang tersisa diwadah penetasa di buang dan dibersihkan.
Cara pemanenan artemia: Aerasi dimatikan, lampu dibawah tangki dinyalakan agar cangkang berkumpul dipermukaan sedangkan naupli artemia berkumpul didasar wadah (dekat lampu). Kran dibuka dan Artemia yang keluar di tampung dengan saringan.

Comments

  1. thx banget gan :)
    saya bingung cara panen nya dan stelah liat pnjelasan dari agan jadi paham THX :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM IKAN HIAS

DAFTAR BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN SAAT BUDIDAYA UDANG