ALL ABOUT MUTIARA (TUGAS)

Tugas Makalah
m. k. Manajemen Agribisnis Hari/Tanggal
Shift/Kelompok
Koordinator M. K.
Dosen Praktikum
:
:
:
: Kamis, 9 Desember 2010
2/4
Ir. Sutara. H, M,Sc
Ir. Iis Diatin, MM



PROSPEK USAHA TIRAM MUTIARA
(Pinctada maxima)



Disusun Oleh :
Cecep Sugara AB (J3W4090)
Erlan Sunardi (J3W409169)
Nita Siti Farida (J3W409003)
Reva Novia (J3W409016)
Yogi Setia A (J3W409111)









TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERTANIAN SUB PERIKANAN
DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
I. PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar.
Mutiara yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung, Irian Jaya, Sulawesi, dan Halmahera merupakan jenis kerang Pinctada Maxima atau di pasaran internasional dikenal dengan Mutiara Laut Selatan (MLS) atau south sea pearl. Di Nusa Tenggara Barat, budidaya mutiara terdapat di perairan laut Sumbawa yang memiliki arus tenang. Jenis kerang ini konon hanya terdapat di perairan laut Indonesia dan Australia. Dilihat dari ukurannya, kerang jenis ini ukurannya lebih besar dari pada jenis lainnya. Ukuran kerang yang besar berpeluang menghasilkan mutiara yang besar pula. Di pasar internasional, 26% MLS merupakan mutiara yang berasal dari Indonesia. Selain Pinctada Maxima, ada pula jenis lain, yaitu :
• Pinctada margaritifera
• Pinctada fucata
• Pinctada chemnitzi
• Pteria penguin.
Tiram muda jenis Pinctada Maxima mempunyai warna cangkang bervariasi dengan warna dasar kuning pucat, kuning tua, cokelat kemerahan, merah anggur, dan kehijauan. Pada cangkang bagian luar, terdapat garis-garis radier yang menonjol seperti sisik yang berwarna lebih terang daripada warna dasar cangkang. Berikut perbedaan ketiga jenis tiram mutiara yang disajikan dalam bentuk tabel.
Tabel 1. Perbandingan Tiga Jenis Pinctada Penghasil Mutiara
Sifat-sifat P. Martensii P. Margaritifera P. Maxima
Ukuran Dewasa Penuh 4 inchi 4 inchi 4 inchi
Rata-rata 3 inchi 3 inchi 3 inchi
Cangkang Kecembungan Cembung Agak cembung Rata
Warna Luar Abu-abu kuning Kuning abu2 Coklat kuning
Garis Cangkang Coklat ungu Garis bintik Pucat
Nacre (interior) Nacre Perak kehijauan Warna baja Putih perak
Jingga kuning Hijau metalik Kuning emas
Sedang Pendek Sedang
60-100 cangkang tiap kan 15 cangkang tiap ikan 9-10 cangkang tiap ikan
Sumber: Forek Indonesia 2001 – 2004.


1.2 Tujuan
Pada dasarnya segala jenis kegiatan akuakultur bertujuan untuk melestarikan biota air agar tidak terjadi kepunahan. Selain itu dapat memenuhi permintaan pasar serta dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pribadi maupun masyarakat sekitar.



























II. PROSES BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
2.1 Pemilihan Lokasi
a. Lokasi terlindung dari angin dan gelombang yang besar.
b. Perairan subur, kaya akan makanan alami.
c. Kecerahan cukup tinggi.
d. Cukup tersedia induk/benih tiram mutiara.
e. Dasar perairan pasir karang dan kedalaman air 15 ~ 25 m.
f. Kadar garam 30 ~ 34 ppt dan suhu 25 ~ 280C.
g. Bebas pencemaran.
2.2 Pemasangan Inti
1) Pemasangan inti mutiara bulat
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya ditempatkan dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti.
o Inti mutiara bulat dibuat dari cangkang kerang air tawar dengan diameter bervariasi antara 6 ~ 12 mm.
o Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati.
o Dengan graft carrier masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
o Masukkan inti dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan masuknya mantel. Penempatannya harus bersinggungan dengan mantel.
o Pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharaan.
2) Pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister)
o Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian ventral menghadap arah pemasang inti.
o Inti mutiara blister bentuknya setengah bundar, jantung atau tetes air; terbuat dari bahan plastik. Diameter inti mutiara blister berkisar 1 ~ 2 cm.
o Sibakkan mantel yang menutupi cangkang dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.


Gambar 1. Pemasangan Inti Mutiara Bulat

2.3 Teknik Pemeliharaan
1) Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukkan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
2) Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2 ~ 3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada tempatnya.
3) Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
2.4 Pemanenan
Mutiara bulat dapat dipanen setelah dipelihara 1,5 ~ 2,5 tahun sejak pemasangan inti, sedangkan mutiara blister dapat dipanen setelah 9 ~ 12 bulan.








III. PROSPEK USAHA TIRAM MUTIARA
3.1 Analisis Usaha
Dalam melakukan suatu kegiatan budidaya, hal pertama yang harus diperhatikan yaitu analisis usaha, apakah usaha yang akan kita lakukan sudah layak atau tidak dalam memenuhi standarisasi suatu kelayakan usaha. Berikut merupakan contoh analisis keuangan apabila kita ingin melakukan kegiatan budidaya Tiram Mutiara yang diambil dari Kabupaten Sumbawa, NTB.
Tabel 1. Investasi Budidaya Tiram Mutiara
Jenis Investasi Nilai (Rp) Penyusutan (Rp)
Perijinan 25.000.000 -
Sewa tanah 75.000.000 15.000.000
Kontruksi tambak 59.700.000 16.500.000
Peralatan Budidaya Mutiara 110.100.000 22.260.000
Bangunan 156.000.000 31.200.000
Jumlah 425.800.000 84.960.000
Sumber dana investasi:
a. Kredit 70 % 298.060.000
b. Dana sendiri 30 % 127.740.000
Sumber : http://www.bi.go.id/sipuk/id

Tabel 2. Biaya Operasional Budidaya Tiram Mutiara
No Jenis Biaya Nilai
1 Biaya pembelian spat dan nukleus 52.500.000
2 Biaya tenaga kerja tetap 450.000.000
3 Biaya tenaga kerja tidak tetap 82.125.000
4 Biaya tenaga keamanan 648.000.000
5 Biaya bola lampu sorot 1.500.000
6 Biaya Operasional dan lain-lain 268.406.250
Jumlah 1.502.531.250
Sumber : http://www.bi.go.id/sipuk/id

Biasanya dalam satu siklus atau periode budidaya tiram mutiara berlansung selama 5 tahun dan baru dapat berproduksi mulai pada tahun ke-3, sebab mutiara baru dapat dioprasi (proses penyuntikan/pemasukan nucleus/inti mutiara) setelah tiram tersebut berumur 1,5-2 tahun atau pada ukuran 9-10 cm. Sebagai patokan untuk perusahaan budidaya tiram mutiara berskala kecil dan menengah dengan besaran rata-rata investasi dan biaya oprasional sebagaimana tertera pada Tabel 1 dan 2 di atas, kemudian kapasitas oprasi sebanyak 5.000 tiram mutiara, dengan menghitung angka/tingkat kegagalan sebesar 50% dan harga rata-rata mutiara Rp.1.750.000.000 per tahunnya 400.000 per gram maka akan diperoleh keuntungan atau 5,25M selama 1 periode budidaya (5 Th) dengan 3 kali masa produksi (http://www.bi.go.id/sipuk/id). Padahal rata-rata perusahaan mutiara membutuhkan setidaknya 10.000-30.000 tiram untuk di budidayakan. Artinya keuntungan bisa saja di tingkatkan menjadi 2 sampai dengan 6 kalinya untuk setiap perusahaan.

2.2 Kendala Usaha
Kendala yang dihadapi dalam usaha di bidang ini diantaranya permodalan, sosial budaya dari masyarakat setempat, dan kesulitan dalam tahapan budidaya (belum adanya teknologi yang bisa dilakukan oleh orang dari dalam negeri).

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM IKAN HIAS

DAFTAR BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN SAAT BUDIDAYA UDANG

ARTEMIA